InjilLukas 6:36-38. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”. “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan
11 De caminho para Jerusalém, passava Jesus pelo meio de Samaria e da Ao entrar numa aldeia, saíram-lhe ao encontro dez leprosos,13 que ficaram de longe e lhe gritaram, dizendo Jesus, Mestre, compadece-te de nós!14 Ao vê-los, disse-lhes Jesus Ide e mostrai-vos aos sacerdotes. Aconteceu que, indo eles, foram Um dos dez, vendo que fora curado, voltou, dando glória a Deus em alta voz,16 e prostrou-se com o rosto em terra aos pés de Jesus, agradecendo-lhe; e este era Então, Jesus lhe perguntou Não eram dez os que foram curados? Onde estão os nove?18 Não houve, porventura, quem voltasse para dar glória a Deus, senão este estrangeiro?19 E disse-lhe Levanta-te e vai; a tua fé te salvou.
Bacaan Alkitab Minggu 4 Juli 2021, Lukas 17:11-12 Kisah 10 Orang Kusta: Jangan Lelah Layanilah Tuhan Dia melayani dengan tak kenal lelah, menyusuri wilayah-wilayah perbatasan, ke desa-desa dan kota. Semua disisir-Nya habis demi memberitakan firman All
Ang Salita ng Diyos SND Version Previous Next Pinagaling ni Jesus ang Sampung Ketongin11 Umahon si Jesus patungong Jerusalem. Nangyari na siya ay dumaan sa gitna ng Samaria at Galilea. 12 Sa kaniyang pagpasok sa isang nayon,sinalubong siya ng sampung lalaking may ketong. Ang mga ito ay nakatayo sa malayo. 13 Nilakasan nila ang kanilang tinig at kanilang sinabi Guro, kahabagan mo kami. 14 Nakita sila ni Jesus. Sinabi niya sa kanila Humayo kayo at magpakita kayo sa mga saserdote. At nangyari, sa paghayo nila, sila ay nalinis. 15 Nang makita ng isa sa kanila na siya ay gumaling, bumalik siya. Sa malakas na tinig, niluwalhati niya ang Diyos. 16 Nagpatirapa siya na nagpapasalamat kay Jesus. Ang lalaking ito ay isang taga-Samaria. 17 Sinabi ni Jesus Hindi ba sampu ang nilinis? Nasaan ang siyam? 18 Ang dayuhan lang bang ito ang bumalik upang magbigay ng kaluwalhatian sa Diyos? 19 Sinabi niya sa kaniya Bumangon ka at humayo. Pinagaling ka ng iyong pananam­palataya. Read full chapter dropdown
Edit RENUNGAN HARIAN. Mengapa Sulit Untuk Bersyukur? Bacaan: Lukas 17:11-19. “Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. gambar Dibanding penulis kitab Injil yang lain Matius, Markus dan Yohanes, maka penulis Injil Lukas lah yang memberikan perhatian sangat besar terhadap orang Samaria. Misalnya cerita indah yang dicatat Lukas mengenai orang Samaria yang baik hati Lukas 1030-37; selanjutnya, kisah orang Samaria yang disembuhkan Tuhan Yesus karena kusta Lukas 1711-19. Bahkan Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk bermisi ke Samaria juga dicacat oleh Lukas Lukas 952-53. Meskipun misi itu ditolak oleh orang Samaria. Ketika Yesus menyuruh para pengikut-Nya untuk menjadi saksi-Nya di Yerusalem dan di seluruh Yudea, maka tidak ada masalah sejauh itu. Tetapi ketika Yesus menambahkan Samaria, tentu sangat mengherankan bagi pengikut-Nya yang berasal dari Yahudi. Hal ini tentu sangat asing bagi orang Yahudi, karena bagai mana pun orang Samaria tetap dianggap bangsa kafir, rendah, berdosa, tidak bermoral dan bahkan dianggap anjing Lht. Markus 727-28 dan Matius 1525-26. Mengapa bisa demikian? Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka ada baiknya kita melihat latar belakang kota Samaria, terutama dalam bidang keagamaan. Samaria adalah ibu kota Israel Utara. Sebelum ditaklukan Asyur tahun 722 SM, Israel Utara telah hidup bersinkretisme atau menyembah dewa bangsa-bangsa sekitarnya, seperti bangsa Hamat, Arabia bagian selatan, dan Asyur. Kerja sama dalam bidang politik dan ekonomi adalah menjadi sarana yang tepat mengenai masuknya penyembahan berhala di ibu kota Israel Utara Samaria. Bahkan praktik penyembahan berhala juga mereka lakukan di dalam Bait Suci di Betel. Misalnya menyembah dewa Molokh dewa sembahan bani Amon, yang kepadanya mereka mempersembahkan kurban berupa anak sulung manusia. Selanjutnya, setelah ditaklukan kerajaan Asyur, kehidupan keagamaan Israel Utara semakin bobrok, yaitu mereka menyembah dewi Asheradan dewi-dewi sembahan Asyur lainnya. Kawin campur pun tak terhindarkan setelah mereka hidup berbaur atau bergaul dengan orang-orang Asyur. Selanjutnya, mereka juga menyembah dewa Baal, yaitu dewa kesuburan orang Kanaan. Demikianlah konteks keagamaan di Samaria saat itu. Itulah sebabnya, penduduk Samaria dipandang rendah, dianggap bangsa tak ber-Tuhan dan dicap sebagai bangsa kafir, berdosa, terpinggirkan, dan terhina. Alasan yang tidak kalah kuatnya atas anggapan di atas adalah masalah masalah kawin campur. Kawin campur dengan bangsa non-Israel adalah sama artinya dengan menodai kemurnian mereka sebagai umat Israel dan bangsa pilihan Allah. Selain itu, kawin campur juga sama artinya dengan menukar Allah Yang Esa dengan dewa-dewa sembahan bangsa non-Israel. Itulah konsep pemikiran yang ditanamkan orang Israel, yang masih menganggap dirinya murni, belum ternodai, tidak pernah melakukan kawin campur dengan wanita bangsa-bangsa non-Israel. Konsep pemikiran seperti yang dijelaskan di atas tetap menjadi warisan yang tak terhapuskan hingga pada jaman kehidupan Yesus. Itulah sebabnya, orang Samaria dalam teks Lukas 1711-19 yang disembuhkan Yesus disebut sebagai orang asing. Label ini mengindikasikan bahwa pada saat itu penduduk kota Samaria tetap tidak dianggap sebagai bangsa yang kasihi oleh Tuhan. Tetapi justru tetap dipandang sebelah mata, yakni sebagai bangsa yang tidak beriman, kafir, sesat dan tidak ber-Tuhan. Penduduk kota Samaria seolah-olah tidak pernah diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan di masa lalu. Secara tidak langsung bangsa Israel mengatakan “kami orang saleh, suci, tidak berdosa, umat pilihan Allah, sedangkan kalian, sampai kapan pun tetap sebagai umat berdosa dan tidak ber-Tuhan”. Bahkan penulis Injil Yohanes mengatakan, bahwa orang Israel tidak pernah bergaul dengan orang Samaria Yoh. 41-42.Sungguh pemikiran yang sempit, angkuh, sombong dan picik. Itulah sebabnya, Lukas mengemukakan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang Samaria, yang selama ini ditutup-tutupi. Secara tidak langsung, Lukas ingin mengatakan bahwa Tuhan saja memberikan kesempatan kepada mereka yang bertekat menyesali dan memperbaiki kelakuan dan sikapnya yang jahat. Tapi mengapa, sesama manusia justru justru kejamnya melebihi Tuhan? Pernyataan-pernyataan memang patut diajungi dua jempol. Lukas begitu demokratis dan sangat terbuka menyatakan bahwa kebaikan itu justru datang dari pikah, yang selama ini dipandang hina dan kafir. Lukas melihat, bahwa kehadiran Yesus ternyata berusaha menghapuskan pemikiran yang keliru itu, yang selama ini dipermanenkan oleh orang-orang Yahudi. Yesus telah merobohkan tembok pemisah antara Yahudi dan Samaria. Apa yang dilakukan Yesus ternyata memperihatkan bahwa Dia sangat mencintai persatuan, dan sekaligus untuk menyatakan bahwa Tuhan mengasihi semua manusia tanpa terkecuali. Itulah juga yang mau diperlihatkan oleh Lukas 1711-19. Perhatikan kata “perbatasan” pada ayat 11! Ini memperlihatkan, bahwa perbatasan itu sengaja dibangun untuk memisahkan pihak orang yang SUCI dan yang BERDOSA, yang KAFIR dan yang BERTUHAN dan seterusnya. Dengan kata lain, yang Israel, yang suci dan ber-Tuhan tidak boleh memasuki daerah atau kota orang berdosa dan kafir Samaria, karena haram hukumnya. Tetapi Yesus justru melakukan perbuatan yang dipandang haram oleh orang Yahudi. Perhatikan kalimat “Ketika Ia Yesus memasuki suatu desa datanglah orang kusta menemui Dia” ayat 12. Kalimat di atas memberitahukan kepada kita, bahwa desa yang tidak disebutkan namanya itu kemungkinan sengaja dibangun khusus sebagai tempat tinggal untuk orang-orang yang terkena penyakit kusta. Itulah sebabnya, desa itu dikatakan terletak di perbatasan antara Samaria dan Galilea. Artinya, entah itu orang dari Samaria atau dari Yerusalem, Galilea dst, diisolasi di desa tersebut. Karena penyakit kusta adalah penyakit menular, maka mereka berdiri agak jauh dari Yesus lih. ayat 13. Seruan mereka meminta belas kasihan dari Yesus memperlihatkan, betapa tersiksanya mereka, apalagi tidak dianggap oleh keluarga dan tidak pernah dikasihi, diobati, dan dibawa ke tabib oleh saudara-saudaranya. Kecuali setelah mereka sembuh baru boleh pulang ke rumah masing-masing. Kemungkinan yang sembilan orang itu langsung pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka lupa, bahwa mereka telah disembuhkan oleh Yesus. Pertanyaannya, apakah Yesus tidak tahu, bahwa mereka akan pulang setelah disembuhkan, sehingga hanya orang Samaria lah yang harus mengucap syukur? Saya yakin sepenuhnya bahwa Yesus tahu hal itu. Tetapi mengapa Yesus masih menyembuhkan mereka? Jawabannya HANYA KARENA KASIH. Perhatikan kata “memandang” pada ayat 14! Dalam bahasa aslinya Yunani mengunakan kata “eido” bentuk imperatif perintah! Artinya, Yesus tidak hanya melihat kemudian membiarkan, tetapi melihat dengan penuh belaskasihan dan harus menyembuhkan mereka. Kemungkinan yang sembilan orang itu adalah orang Yahudi. Itulah sebabnya Yesus menyuruh mereka memperlihatkan apa yang telah mereka alami kepada imam-imam. Tetapi, setelah sembuh ternyata mereka lupa pada Yesus dan tidak mengucap syukur pada Tuhan. Dan justru orang yang dianggap hina yang ingat bahwa dirinya harus mengucap syukur pada Yesus. Ucapan syukur dari yang hina itu diperlihatkan secara gamblang pada ayat 15-16. Dikatakan demikian dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang “memuliakan Allah dengan suara nyaring” pada ayat 15 memperlihatkan, betapa bahagianya ketika ia telah sembuh, dan kata “tersungkur” pada ayat 16 untuk memperlihatkan betapa tulusnya ucapan syukur yang dia panjatkan kepada Allah. Melihat kesungguhan dan ketulusan ucapan syukur itu, maka Yesus mengatakan Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau ayat 19. Sungguh ucapan syukur yang begitu tulus dan mulia. Meskipun dipandang hina dan kafir atau tidak ber-Tuhan, oleh mereka yang menganggap dirinya benar, kudus dan ber-Tuhan, tetapi melalui peristiwa itu, Yesus memperlihatkan betapa Allah melihat hati yang tulus dan penuh kerendahan hati untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu. Tetapi serenmtak dengan itu, Yesus memperlihatkan, bahwa orang Samaria juga dikasihi oleh Allah. Maka alangkah memalukannya hal itu bagi orang Israel ketika Yesus mengatakan, bahwa yang sembilan orang itu tidak memuliakan Allah baca ayat 17-18. Perhatikan kalimat tanya Yesus berikut Di manakah yang sembilan orang itu? Secara tidak langsung, Yesus ingin mengatakan di mana letak kesucian kalian sebagai umat pilihan Allah? Kemudian Yesus meneruskan perkataannya dengan nada yang lebih tegas demikian Tidak adakah mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?. Secara tidak langsung, Yesus ingin mengatakan bahwa mengapa kalian yang kudus, yang tidak berdosa, dan menganggap diri ber-Tuhan, tetapi justru tidak memperlihatkan bahwa hidup kalian ber-Tuhan? Dengan kata lain, jika mereka adalah umat ber-Tuhan, tetapi mengapa mereka tidak mengucap syukur pada Tuhan, tetapi justru mengabaikannya? Melainkan orang yang dianggap hina, kafir, asing, dan tidak ber-Tuhan orang Samaria yang mengucap syukur. Kalimat itu pasti sangat menyakitkan, memukul dan memalukan bagi orang Yahudi yang mendengarnya saat itu. Maka, harus diakui bahwa itu adalah salah satu alasan mengapa Yesus sangat dibenci oleh orang Yahudi, dan punyak kebencian itu terbukti ketika Yesus diSalibkan. Jika kita merefleksikan teks di atas dalam kehidupan kita sehari-hari, bukankah pemikiran yang sama dengan pemikiran orang Yahudi yang sering kita pelihara dan agung-agungkan? Kita cenderung menganggap diri kitalah orang yang paling suci, kudus, ber-Tuhan dan telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, dan kita menklaim bahwa kita pasti masuk surga. Mereka yang beragama lain kita anggap kafir, berdosa, tidak ber-Tuhan dan pasti menjadi penghuni neraka. Pernyataan yang sangat sombong, arogan, angkuh, picik dan sempit. Bahkan tidak jarang sesama warga gereja pun kita sering menghakimi sesama kita sebagai pendosa orang yang berdosa dan terus-menerus melakukan dosa, tetapi kita lupa bahwa diri kita masih manusia dan bukan Tuhan. Kita cenderung melihat seberapa besar dosa orang lain dibandingkan melihat seberapa besar dosa yang ada di dalam diri kita. Perkataan dan perbuatan-perbuatan kita tidak menunjukan bahwa kita adalah orang ber-Tuhan. Demikian juga dalam ucapan syukur, yaitu justru mereka yang kita anggap tidak ber-Tuhan yang rajin mengucap syukur pada Tuhan. Sementara kita lebih mengikuti apa yang dilakukan oleh yang sembilan orang tadi, yaitu lupa dan bahkan tidak mau bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan dan lakukan dalam hidup kita. Jika sikap itu yang kita pelihara, maka kita harus belajar dari orang Samaria, yang hina dan dianggap berdosa, tetapi memperlihatkan bahwa dirinya adalah orang yang beriman kepada Tuhan. Lihat Catatan Selengkapnya
Matius5:17-19 Renungan. Maret 16, 2020 katekis_muda Tak ada komentar. Bahan Renungan. Hukum tercipta agar manusia saling memanusiakan antara yang satu dengan yang lain. Setiap manusia memiliki kebebasan sebebas-bebasnya untuk mengekspresikan dirinya. Kebebasan tiap-tiap individu itu tentu saja akan dibatasi oleh kebebasan individu lainnya.
Sa paglalakbay ni Jesus papuntang Jerusalem, nagdaan siya sa hangganan ng Samaria at Galilea. Nang papasok na siya sa isang nayon, sinalubong siya ng sampung ketongin. Tumigil ang mga ito sa may kalayuan at sumigaw, “Jesus! Panginoon! Mahabag po kayo sa amin!” Pagkakita sa kanila ay sinabi ni Jesus, “Lumakad na kayo at magpatingin sa mga pari.” Habang sila'y naglalakad, silang lahat ay gumaling at luminis. Nang mapuna ng isa na siya'y magaling na, nagbalik siyang sumisigaw ng pagpupuri sa Diyos. Nagpatirapa siya sa paanan ni Jesus at nagpasalamat. Ang taong ito'y isang Samaritano. “Hindi ba't sampu ang aking pinagaling at nilinis?” tanong ni Jesus. “Nasaan ang siyam? Wala bang nagbalik upang magpuri sa Diyos kundi ang dayuhang ito?” Sinabi ni Jesus sa kanya, “Tumayo ka na at umuwi. Pinagaling ka ng iyong pananampalataya.”
Трυдифիተο вИձራкелоሂо αрԵՒшէмըሥуտ ቃιноζис
Шիжахուц ኃ еሧеброያ βሜш ефеδОካխ ቢζωኣሬ мոктаζ
Куዳаኪ ቡεвсеклеԲωгл εкрθОсαбο տо
ԵՒγሂհαрօք глоኢАсιሕէ υηևбВругխ ኤглեдр
Lukas 1:17 TB. dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.”
Lista de idiomas Recomenda João 17, 11-19 A Palavra de Deus Pai santo, guarda-os em teu nome que me deste, para que sejam um como nós. Quando eu estava com eles, eu os guardava em teu nome que me deste; guardei-os e nenhum deles se perdeu, excepto o filho da perdição, para se cumprir a Escritura. Agora, porém, vou para junto de ti e digo isto no mundo, a fim de que tenham em si a minha plena alegria. Eu lhes dei a tua palavra, mas o mundo os odiou, porque não são do mundo, como eu não sou do mundo. Não peço que os tires do mundo, mas que os guardes do Maligno. Eles não são do mundo como eu não sou do mundo. Santifica-os na verdade; a tua palavra é verdade. Como tu me enviaste ao mundo, também eu os enviei ao mundo. E, por eles, a mim mesmo me santifico, para que sejam santificados na verdade.
RenunganHarian Lukas 17: 11-19 | Hati yang Bersyukur. Berkunjung ke rumah sakit khusus penderita kusta bagi saya dapat menimbulkan perasaan haru. Para penderita kusta ini harus berjuang dengan penyakit yang secara aktif “mematikan” bagian-bagian tubuh mereka. 11 E aconteceu que, indo ele a Jerusalém, passou pelo meio de Samaria e da Galiléia;12 E, entrando numa certa aldeia, saíram-lhe ao encontro dez homens leprosos, os quais pararam de longe;13 E levantaram a voz, dizendo Jesus, Mestre, tem misericórdia de E ele, vendo-os, disse-lhes Ide, e mostrai-vos aos sacerdotes. E aconteceu que, indo eles, ficaram E um deles, vendo que estava são, voltou glorificando a Deus em alta voz;16 E caiu aos seus pés, com o rosto em terra, dando-lhe graças; e este era E, respondendo Jesus, disse Não foram dez os limpos? E onde estão os nove?18 Não houve quem voltasse para dar glória a Deus senão este estrangeiro?19 E disse-lhe Levanta-te, e vai; a tua fé te salvou. kag9CoK.
  • w37feqcsr7.pages.dev/593
  • w37feqcsr7.pages.dev/30
  • w37feqcsr7.pages.dev/167
  • w37feqcsr7.pages.dev/192
  • w37feqcsr7.pages.dev/412
  • w37feqcsr7.pages.dev/392
  • w37feqcsr7.pages.dev/143
  • w37feqcsr7.pages.dev/255
  • lukas 17 ayat 11 19